Pokok Pembahasan dalam Puisi “Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana”
Rabu, 22 Desember 2021 04:55 WIB
Kiai Haji Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus lahir pada 10 Agustus 1944 di Rembang. Selain sebagai kiai, ia juga dikenal sebagai seorang humanis oleh masyarakat, serta rajin menulis puisi, cerpen, novel, dan menekuni dunia seni lukis. Gus Mus dikenal sebagai sastrawan, dan budayawan yang produktif, serta kritikus penguasa dan kiai bangsawan. Sebagai seorang penyair, kritik ini tidak diungkapkan secara tegas, tetapi tersembunyi dalam puisi-puisinya. Puisi-puisi ini merupakan media penolakan dan penentangan terhadap penguasa politik dan penguasa yang berkuasa.
Di sini, penulis akan membahas mengenai pokok pembahasan yang ada pada puisi Gus Mus yang berjudul “Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana”. Berikut penulis sertakan puisi Gus Mus.
Kau ini bagaimana atau aku harus bagaimana?
Kau ini bagaimana?
Kau bilang aku merdeka
Kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir
Aku berpikir kau tuduh aku kafir
Aku harus bagaimana?
Kau bilang bergeraklah
Aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah
Aku diam saja kau waspadai
Kau ini bagaimana?
Kau suruh aku memegang prinsip
Aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran
Aku toleran kau bilang aku plin-plan
Aku harus bagaimana?
Aku kau suruh maju
Aku maju kau selimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja
Aku bekerja kau ganggu aku
Kau ini bagaimana?
Kau suruh aku taqwa
Khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu
Langkahmu tak jelas arahnya
Aku harus bagaimana?
Aku kau suruh menghormati hukum
Kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin
Kau mencontohkan yang lain
Kau ini bagaimana?
Kau bilang Tuhan sangat dekat
Kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai
Kau ajak aku setiap hari bertikai
Aku harus bagaimana?
Aku kau suruh membangun
Aku membangun kau merusakkannya
Aku kau suruh menabung
Aku menabung kau menghabiskannya
Kau ini bagaimana?
Kau suruh aku menggarap sawah
Sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah
Aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
Aku harus bagaimana?
Aku kau larang berjudi
Permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggungjawab
Kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam Bis Showab
Kau ini bagaimana?
Aku kau suruh jujur
Aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar
Aku sabar kau injak tengkukku
Aku harus bagaimana?
Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku
Sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku
Aku sapa saja kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana?
Kau bilang bicaralah
Aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara
Aku bungkam kau tuduh aku apatis
Aku harus bagaimana?
Kau bilang kritiklah
Aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya
Aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
Kau ini bagaimana?
Aku bilang terserah kau
Kau tak mau
Aku bilang terserah kita
Kau tak suka
Aku bilang terserah aku
Kau memakiku
Kau ini bagaimana?
Atau aku harus bagaimana?
Pokok pembahasan yang terkandung pada bait 1 adalah kebebasan berpikir yang dibatasi oleh tuduhan kafir. Pada bait 2 adalah gerakan yang selalu dicurigai dan selalu diwaspadai. Pada bait 3 adalah ketaatan pada prinsip dan toleransi yang dibatasi dengan berbagai tuduhan. Pada bait 4 berbicara tentang "maju" dan ketika sudah dilakukan, kita diganggu dan dibatasi. Pada bait 5 membahas mengenai perintah yang menyuruh untuk mengikutinya, namun tidak jelas ke mana arahnya. Pada bait 6 yaitu mengabaikan hukum yang sudah jelas aturannya. Pada bait 7 membahas konflik yang membatasi perdamaian. Pada bait 8 membahas pembangunan yang belum selesai dan selalu dirusakannya.
Pada bait 9 membahas tentang menggarap sawah namun selalu dirusakkan dan dibangun dengan rumah, dan ketika sudah dibangun rumah, mereka meratakannya. Pada bait 10 membahas mengenai tanggung jawab yang dibatasi oleh kata-kata wallahu a’lam bissawab. Pada bait 11 membahas semacam kejujuran dan kesabaran yang selalu diinjak-injak. Pada bait 12 membahas protes terhadap wakil rakyat yang tidak menepati janji. Pada bait 13 membahas kebebasan berbicara yang dibatasi oleh tuntutan dan tuduhan. Pada bait 14 membahas mengenai orang yang tidak mau menerima kritikan. Pada bait 15 membahas tujuan yang belum tercapai dan keegoisan yang terjadi. Pada bait 16 membahas masalah yang belum dapat terselesaikan.
Gagasan atau pemikiran utama yang dikembangkan melalui puisi di atas tadi, dapat ditemukan di setiap bait dan keseluruhan puisi. Dalam puisi "Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana", pokok bahasan Kiai Haji Mustofa Bisri adalah protes rakyat terhadap pemimpin. Pemimpin yang dimaksud di sini adalah wakil rakyat atau DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dalam konstitusi negara kita. Pokok bahasan ini ditekankan dalam salah satu baitnya, seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
Aku harus bagaimana?
Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku
Sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku
Aku sapa saja kau merasa terganggu
Dalam puisi tersebut, Gus Mus juga mempertanyakan masalah-masalah yang terjadi seperti masalah sosial, budaya, hukum dan agama yang ada di masyarakat. Dalam pandangannya, kebebasan dalam arti kemerdekaan masih saja terjajah di berbagai bidang seperti bidang kekuasaan, hukum, ekonomi, budaya, dan agama. Banyak orang yang merasa kehilangan haknya sebagai warga negara. Misalnya, kebebasan berbicara yang dibatasi oleh undang-undang dan peraturan untuk kepentingan kelompok-kelompok tertentu, sehingga kehilangan kepercayaan terhadap pemimpinnya. Banyak orang yang memenuhi kewajiban sosial dan hukum mereka karena di bawah kondisi tertekan dan kewajiban untuk mengikuti sistem yang berjalan.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Pokok Pembahasan dalam Puisi “Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana”
Rabu, 22 Desember 2021 04:55 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler